Desain grafis bukanlah seni lukis yang seenak senimannya tanpa memikirkan apakah karyanya diterima oleh orang atau tidak. Karya desain grafis harus bisa diterima oleh orang lain yaitu konsumen. Salah satu unsur penting yang mempengaruhi hal tersebut adalah taste / selera desain.
Apa itu taste?
Setiap orang mempunyai taste yang berbeda. Banyak hal yang dapat membentuk taste sesorang diantaranya adalah pergaulan dan lingkungan sosial. Orang yang dibesarkan di lingkungan sosial kelas A , taste desainnya berbeda dengan yang dibesarkan di lingkungan kelas C. Pada pergaulan pun begitu.
Secara sederhana kita bisa lihat dari gaya desain pertokoan atau mall yang terdapat di 2 lingkungan tersebut. Kita bisa merasakan taste yang berbeda bila dalam satu hari kita memasuki ke dua tempat tersebut.
Atau kita memasuki 2 komunitas sosial yang berbeda, satu komunitas dari status sosial kelas A, yang lainnya dari kelas C.
Coba buktikan sendiri.
Kita bukan bicara soal desain pertokoan atau mall atau bagaimana bergaul tapi kita bicara soal desain grafis. Apa hubungannya?
Hubungannya sangat erat. Pada setiap pertokoan atau mall pasti terdapat elemen-elemen desain grafis seperti banner, logo, poster, warna, tipografi, ya kan? Nah, dari elemen-elemen tersebut, kita dapat melihar dan merasakan perbedaan taste desain pada kedua tempat yang berbeda lingkungan sosialnya. Pada pergaulan juga begitu, taste desain orang-orangnya tentu berbeda.
Andai kita yang dibesarkan di lingkungan status sosial kelas C, taste yang terbentuk pada diri kita adalah C. Untuk merubah taste yang terbentuk sejak kecil tidak mudah buat kita. Butuh proses dan waktu. Kita harus membiasakan diri memasuki lingkungan dengan status sosial yang lebih tinggi. Melihat dan merasakan bagaimana taste desain pada lingkungan status sosial A. Cara lain, melihat majalah, brosur, logo, buku dan materi desain grafis lainnya dengan taste desain kelas. A.
Sebagai contoh, jika suatu saat kita mendapat order desain grafis, dengan target market kelas A, tentu kita bisa fleksibel mengerjakannya yang sesuai dengan target marketnya atau dengan istilah lain sesuai dengan “Tone and Manner”. Tiba-tiba kita mendapat order desain lagi, bikin brosur untuk target market kelas C bahkan D, wah, ini lagi, taste kita dari kecil masih berasa, ga bakal hilang.
Akhirnya, desain model apapun, dari bergaya elegan sampai bergaya norak dan kampungan kita bisa mengerjakannya. Kalau sudah bisa begini, semakin mantaaap Mas Bro…!
Sumber; Belajar Desain Grafis
0 comments:
Post a Comment